PERAN PENTING KEPRAMUKAAN DALAM MEWUJUDKAN PENDIDIKAN BERKARAKTER


KEGIATAN KEPRAMUKAAN DI HIDAYATUS SAALIKIN
Kepramukaan adalah salah satu yang dikembangkan di Yayasan Pendidikan Dan Sosial Hidayatus Saalikin, yang mana implementasinya diharapkan dapat membentuk peserta didik yang tegas, tangguh, sabar, dan mau bekerja keras.

Menyadari betapa pentingnya Kepramukaan sebagi bagian dari pendidikan yang akan menjadi wadah penyelenggara pendidikan nonformal di luar sekolah dan di luar keluarga dan sebagai wadah pembinaan ahlak, dan mental serta karakter yang cerdas dan terdidik juga mempunyai rasa cinta pada tanah air, maka aktifitas kepramukaan di Yayasan Pendidikan dan Sosial Hidayatus Saalikin, baik itu di SMP.S Hidayatus Saalikin juga di Madrasah Aliyah Swasta Hidayatus Saalikin, secara intensif terus berusaha dikembangkan ke arah yang lebih baik lagi.

Pendidikan karakter telah menjadi kebijakan pendidikan nasional dan akan segera diimplementasikan ke dalam kurikulum pendidikan nasional. Pemerintah Indonesia, melalui Kementerian Pendidikan Nasional sudah mencanangkan penerapan pendidikan karakter untuk semua tingkat pendidikan, dari SD – Perguruan Tinggi. Pembentukan karakter perlu dilakukan sejak usia dini. Jika karakter sudah terbentuk sejak usia dini, maka tidak akan mudah untuk mengubah karakter seseorang. Ia juga berharap, pendidikan karakter dapat membangun kepribadian bangsa”. (Andian: 2010) Kegiatan ekstrakurikuler menjadi wadah yang tepat dalam pembentukan dan pengembangan karakter. Ekstrakurikuler dapat diartikan sebagai kegiatan pendidikan yang dilakukan di luar jam pelajaran tatap muka dalam rangka memperluas pengetahuan, meningkatkan keterampilan, dan menginternalisasi nilai-nilai atau aturan-aturan agama serta norma-norma sosial baik lokal, nasional, maupun global untuk membentuk insan yang paripurna (Mamat S: 2010)

Dalam Keputusan Menteri Pendidikan Nasional RI Nomor 125/U/2002 tentang Kalender Pendidikan dan Jam Belajar Efektif di Sekolah, Bab V pasal 9 ayat 2, dinyatakan bahwa: Pada tengah semester 1 dan 2 sekolah melakukan kegiatan olahraga dan seni (Porseni), karyawisata, lomba kreativitas atau praktik pembelajaran yang bertujuan untuk mengembangkan bakat, kepribadian, prestasi dan kreativitas siswa dalam rangka mengembangkan pendidikan anak seutuhnya.

Dalam Standar Isi Permendiknas nomor 22 tahun 2006 antara lain diatur mengenai struktur kurikulum, bahwa KTSP terdiri atas beberapa komponen, di antaranya pengembangan diri. Berdasarkan Panduan Pengembangan KTSP yang diterbitkan oleh BSNP, antara lain dinyatakan: Pengembangan diri bukan merupakan mata pelajaran yang harus diasuh oleh guru. Pengembangan diri bertujuan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan dan mengekspresikan diri sesuai dengan kebutuhan, bakat, dan minat setiap peserta didik sesuai dengan kondisi sekolah. Kegiatan pengembangan diri difasilitasi dan atau dibimbing oleh konselor, guru, atau tenaga kependidikan yang dapat dilakukan dalam bentuk kegiatan ekstrakurikuler. Dalam UU No.12 Tahun 2010 Tentang Gerakan Pramuka, disebutkan bahwa pembangunan kepribadian ditujukan untuk mengembangkan potensi diri serta memiliki akhlak mulia, pengendalian diri, dan kecakapan hidup bagi setiap warga negara demi tercapainya kesejahteraan masyarakat; pengembangan potensi diri sebagai hak asasi manusia harus diwujudkan dalam berbagai upaya penyelenggaraan pendidikan, antara lain melalui gerakan pramuka; gerakan pramuka selaku penyelenggara pendidikan kepramukaan mempunyai peran besar dalam pembentukan kepribadian generasi muda sehingga memiliki pengendalian diri dan kecakapan hidup untuk menghadapi tantangan sesuai dengan tuntutan perubahan kehidupan lokal, nasional, dan global.

A. Konsep Pendidikan Karakter

1. Pengertian Pendidikan Karakter
Pendidikan adalah proses belajar yang bertujuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa juga sekaligus meningkatkan harkat dan martabat manusia. Melalui pendidikan itulah diharapkan dapat tercapai peningkatan kehidupan manusia ke arah yang sempurna. Karakter menurut Prayitno adalah sifat pribadi yang relatif stabil pada diri individu yang menjadi landasan bagi penampilan prilaku dalam standar nilai dan norma yang tinggI. Jadi pendidikan karakter adalah proses mencerdaskan individu yang berperilaku sesuai dengan standar nilai dan norma yang tinggi.
2. Komponen pembentukkan karakter
Menurut Prayitno, karakter dibentuk melalui pengembangan unsur-unsur harkat dan martabat manusia yang secara keseluruhan bersesuaian dengan nilai-nilai luhur pancasila. Harkat dan martabat manusia meliputi tiga komponen dasar.
a. Hakikat manusia, meliputi bahwa manusia diciptakan sebagai makhluk yang beriman dan bertakwa, paling sempurna, paling tinggi derajatnya, khalifah di muka bumi, dan menyandang hak asasi manusia.
b. Dimensi kemanusiaan, meliputi dimensi kefitrahan (kebenaran dan keluhuran), keindividualan (potensi dan perbedaan), kesosialan (komunikasi dan kebersamaan), kesusilaan (nilai dan norma), dan dimensi keberagamaan (iman dan takwa).
c. Pancadaya manusia, meliputi daya takwa, cipta, rasa, karsa, dan karya.


B. Pendidik yang Terlibat dalam Proses Pendidikan Karakter Cerdas Pendidikan itu tidak selalu berasal dari pendidikan formal seperti sekolah atau perguruan tinggi, tetapi juga pendidikan nonformal dan pendidikan informal. Berhadapan dengan berbagai masalah dan tantangan, pendidikan nasional pada saat yang ini masih tetap memikul peran multidimensi. Pendidikan berperan bukan hanya merupakan sarana transfer ilmu pengetahuan saja, tetap lebih luas lagi sebagai pembudayaan seperti pembentukan karakter dan watak bangsa.

Keluarga sebagai wadah pendidikan informal hendaknya lebih diberdayakan karena keluarga merupakan lingkungan pembentukan dan pendidikan karakter pertama dan utama. Keluarga hendaklah kembali menjadi sekolah untuk kasih sayang (Philips, 2000) atau tempat belajar yang penuh cinta sejati. Sabda Rasulullah SAW:

“Setiap anak dilahirkan dalam keadaan suci, kedua orang tuanyalah yang akan menjadikan anaknya apakah akan menjadi Yahudi, Nasrani, atau Majusi”

Orang tua sebagai pendidik dalam lingkungan keluarga, dari merekalah anak mulai mengenal pendidikannya. Dasar pandangan hidup, sikap hidup, dan keterampilan hidup banyak tertanam sejak anak berada ditengah orang tuanya. Bahkan ayah ibu mereka berperan dalam mengarahkan dan membiasakan anak-anak untuk menyibukkan diri dengan ilmu agama sejak dini dan menghasung mereka untuk mempelajari adab (karakter).

كَانُوا يَقُوْلُوْنَ: أَكْرِمْ وَلَدَكَ وَأَحْسِنْ أَدَبَهُ 

“(Para pendahulu kita) mengatakan: ‘Muliakanlah anakmu dan perbaikilah adabnya!’.” (Jami’ Bayanil ‘Ilmi wa Fadhlihi, 1/308) Sedangkan pendidikan karakter melalui sekolah, tidak semata-mata pembelajaran pengetahuan semata, tatapi lebih dari itu, yaitu penanaman moral, nilai-nilai etika, estetika, budi pekerti yang luhur. Guru harus mampu memberikan penghargaan kepada yang berprestasi dan hukuman kepada yang melanggar, menumbuh suburkan nilai-nilai yang baik dan sebaliknya mengecam dan mencegah berlakunya nilai-nilai yang buruk. Selanjutnya menerapkan pendidikan berdasarkan karakter dengan menerapkan kandungan nilai-nilai luhur Pancasila ke dalam setiap pelajaran yang ada di samping mata pelajaran khusus untuk mendidik karakter, seperti pelajaran Agama, Sejarah, Moral Pancasila dan kebudayaan asli bangsa Indonesia. Di sekolah juga ada ektrakurikuler yang bisa menjadi wadah pengembangan karakter.

Dalam UU No.12 Tahun 2010 Tentang Gerakan Pramukadijelaskan bahwa Pendidikan Kepramukaan adalah proses pembentukan kepribadian, kecakapan hidup, dan akhlak mulia pramuka melalui penghayatan dan pengamalan nilai-nilai kepramukaan. Gerakan pramuka bertujuan untuk membentuk setiap pramuka agar memiliki kepribadian yang beriman, bertakwa, berakhlak mulia, berjiwa patriotik, taat hukum, disiplin, menjunjung tinggi nilai-nilai luhur bangsa, dan memiliki kecakapan hidup sebagai kader bangsa dalam menjaga dan membangun Negara Kesatuan Republik Indonesia, mengamalkan Pancasila, serta melestarikan lingkungan hidup.

Di samping itu tidak kalah pentingnya pendidikan di masyarakat. Lingkungan masyarakat sangat mempengaruhi terhadap keberhasilan penanaman nilai-nilai etika, estetika untuk pembentukan karakter. Menurut Qurais Shihab (1996 ; 321), situasi kemasyarakatan dengan sistem nilai yang dianutnya, mempengaruhi sikap dan cara pandang masyarakat secara keseluruhan.

C. Peran Ektrakurikuler Pramuka dalam Mewujudkan pendidikan Berkarakter Cerdas

Gerakan Pramuka sebagai salah satu organisasi pendidikan luar sekolah maupun Perguruan Tinggi mampu membina, mengembangkan dan mencetak generasi-generasi andalan yang tanggu, pantang menyerah, kreatif, mandiri, disiplin dan mempunyai tanggung jawab terhadap keberlangsungan tatanan kehidupan yang utuh sesuai dengan nilai-nilai luhur pancasila.

1. Kepramukaan

Kegiatan pendidikan kepramukaan dimaksudkan untuk meningkatkan kemampuan spiritual dan intelektual, keterampilan, dan ketahanan diri yang dilaksanakan melalui metode belajar interaktif dan progresif. Kegiatan pendidikan kepramukaan dilaksanakan dengan menggunakan sistem among.
Sistem among merupakan proses pendidikan kepramukaan yang membentuk peserta didik agar berjiwa merdeka, disiplin, dan mandiri dalam hubungan timbal balik antarmanusia. Sistem among dilaksanakan dengan menerapkan prinsip kepemimpinan:

a. Di depan menjadi teladan;
b. Di tengah membangun kemauan; dan
c. Di belakang mendorong dan memberikan motivasi kemandirian.

Gerakan Pramuka, merupakan sala satu kegiatan ekstrakurikuler yang memiliki visi, misi, arah, tujan dan strategi yang jelas. Jenis kegiatan pengembangan pada setiap satuan sekolah mulai dari pendidikan dasar sampai pendidikan tinggi jelas tertuang dalam Prinsip Dasar Kepramukaan dan Metode Kepramukaan. Gerakan Pramuka mendidik kaum muda Indonesia dengan Prinsip Dasar Kepramukaan dan Metode Kepramukaan yang pelaksanaannya diserasikan dengan keadaan, kepentingan dan perkembangan bangsa dan masyarakat Indonesia agar menjadi manusia Indonesia yang lebih baik, dan anggota masyarakat Indonesia yang berguna bagi pembangunan bangsa dan negara.

2. Prinsip Dasar Kepramukaan
Prinsip Dasar Kepramukaan adalah:
a. Iman dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
b. Peduli terhadap bangsa dan tanah air, sesama hidup dan alam seisinya.
c. Peduli terhadap diri pribadi.
d. Taat kepada Kode Kehormatan Pramuka.

Prinsip dasar kepramukaan sebagai norma hidup sebagai anggota Gerakan Pramuka, ditanamkan dan ditumbuhkembangkan kepada setiap peserta didik melalui proses penghayatan oleh dan untuk diri pribadi dengan bantuan para Pembina, sehingga pelaksanaan dan pengalamannya dapat dilakukan dengan inisiatif sendiri, penuh kesadaran, kemandirian, kepedulian, tanggungjawab serta keterikatan moral, baik sebagai pribadi maupun sebagai anggota masyarakat.

Pada hakekatnya anggota Gerakan Pramuka wajib menerima Prisip Dasar Kepramukaan, dalam arti:
a. Menaati perintah Tuhan Yang Maha Esa dan menjauhi laranganNya serta beribadah sesuai tata cara dari agama yang dipeluknya.
b. Memiliki kewajiban untuk menjaga dan melestarikan lingkungan sosial, memperkokoh persatuan, serta menerima kebinekaan dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia.
c. Memerlukan lingkungan hidup yang bersih dan sehat agar dapat menunjang dan memberikan kenyamanan dan kesejahteraan hidup dan karenanya setiap anggota Gerakan Pramuka wajib peduli terhadap lingkungan hidup dengan cara menjaga, memelihara dan menciptakan kondisi yang lebih baik.
d. bahwa manusia tidak hidup sendiri, melainkan hidup bersama berdasarkan prinsip peri-kemanusiaan yang adil dan beradab dengan makhluk lain ciptaan Tuhan, khususnya dengan sesama manusia.
e. Memahami prinsip diri pribadi untuk dikembangkan dengan cerdas guna kepentingan masa depan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
3. Metode Kepramukaan

Adalah suatu cara memberikan pendidikan watak kepada peserta didik melalui kegiatan kepramukaan. Pendidikan kepramukaan merupakan proses belajar mandiri yang progresif bagi kaum muda untuk mengembangkan diri pribadi seutuhnya, meliputi aspek mental, moral, spiritual, emosional, sosial, intelektual dan fisik, baik bagi individu maupun sebagai anggota masyarakat maka dibutuhkan suatu Metoda /ketentuan khusus yang kita sebut Metoda Kepramukaan.

Metode Kepramukaan pada hakekatnya tidak dapat dilepaskan dari Prinsip Dasar Kepramukaan yang keterkaitanya keduanya terletak pada pelaksanaan Kode Kehormatan Pramuka. PDK (Prinsip Dasar Kepramukaan) dan MK (Metode Kepramukaan ) harus dilaksanakan secara terpadu, keduanya harus berjalan seimbang dan saling melengkapi. Setiap unsur pada Metode Kepramukaan merupakan subsistem tersendiri yang memiliki fungsi pendidikan spesifik, yang secara bersama-sama dan keseluruhan saling memperkuat dan menunjang tercapainya tujuan pendidikan kepramukaan.

Metode kepramukaan merupakan salah cara belajar interaktif progresif melalui:
a. Pengamalan Kode Kehormatan Pramuka.
b. Belajar sambil melakukan.
c. Sistem beregu.
d. Kegiatan yang menantang dan menarik serta mengandung pendidikan yang sesuai dengan perkembangan rohani dan jasmani anggota muda.
e. Kegiatan di alam terbuka.
f. Kemitraan dengan anggota dewasa dalam setiap kegiatan.
g. Sistem tanda kecakapan.
h. Sistem satuan terpisah untuk putra dan untuk putri.
i. Kiasan dasar.
4. Pembentukan Karakter Melalui Kemampuan Berorganisasi

Kegiatan kepramukaan dapat berhasil menciptakan peserta didik yang berkarakter jika pada proses pendidikannya tidak hanya mengembangan teknik kepramukaan (tekpram) semata, tetapi juga dikembangkan kemampuan, keterampilan dan sikap berorganisasi. Dalam organisasi akan diterapkan prinsip-prinsip manajemen atau pengelolaan organisasi seperti perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), pengarahan/penggerakan (actuacting) dan fungsi pengawasan (controlling). Di samping itu, organisasi juga merupakan sebuah alat atau media kontrol sosial bagi sekolah atau pihak lainnya utuk mengamati sekaligus memantau perkembangan siswa. Pihak sekolah akan dengan mudah memantau perkembangan siswa melalui organisasi artinya, cukup dengan mengelola organisasi maka sejumlah siswa yang menjadi anggota dalam organisasi tersebut dapat dikelola.
Kemampuan beroganisasi, kemampuan merencanakan, kemampuan mengorganisasi, kemampuan mengarahkan/menggerakan, dan kemampuan pengawasan dapat diaplikasikan dalam kehidupan nyata selepas siswa meninggalkan lembaga pendidikan. Di rumah tangga, lingkungan masyarakat dan juga lingkungan bisnis, prinsip-prinsip manajemen akan dipergunakan.

5. Pendidikan Karakter Melalui Perkemahan

Bumi perkemahan

Kegiatan perkemahan merupakan salah satu bentuk kegiatan kepramukaan yang belakangan ini sudah jarang terlihat. Kondisi ini disebabkan ketidakpercayaan orang tua kepada pengelola satuan gerakan pramuka dan kekhawatiran orang tua kepada putra-putrinya karena jauh dari mereka.

Terbentuknya pribadi dan karakter mandiri melalui kegiatan perkemahan merupakan salah satu perwujudan yang dapat dilihat dan diamati oleh siapapun. Pembentukan jiwa yang tangguh, tidak cepat putus asa, kedisiplinan, dan kematangan emosional juga menjadi tujuan dan sasaran kegiatan perkemahan. Di dalam perkemahan, semua kegiatan baik kegiatan pribadi maupun kegiatan kelompok/regu harus dikelola dan dilakukan oleh pribadi dan regu masing-masing. Ini merupakan bentuk nyata dari penciptaan kemandirian. Jika keseharian, biasanya peserta didik tidak memiliki program atau kegiatan yang teratur seperti belajar, bermain, dan nonton tv. Maka dalam kegiatan perkemahan, panitia perkemahan telah merancang program yang sangat teratur dari waktu kewaktu dengan kegiatan yang syarat dengan pembentukan pribadi unggul yang harus diikuti dan ditaati setiap anggota pramuka. Ini merupakan bentuk nyata dari penciptaan kedisiplinan.

Kecerdasan sosial pun terbentuk dalam kegiatan perkemahan. Dalam Gerakan Pramuka dikenal dengan satuan regu yang terdiri dari sekurang-kurangnya 10 orang Pramuka. Ketika program perkemahan diselenggarakan, kelompok dalam satu regu akan berinteraksi untuk mengengelola dan mempersiapkan perkemahan. Sikap saling menghormati antar sesama pramuka, sikap saling menghargai, dan sikap peduli atau empati akan teruji dalam kelompok ini.

Pemanfaatan waktu menjadi sangat efektif ketika perkemahan dilaksanakan. Warga perkemahan menjadi pribadi yang sangat disiplin dan taat terhadap tatatertib yang berlaku. Setiap detik dimanfaatkan untuk mengikuti kegiatan-kegiatan yang bermanfaat, hampir tidak ada waktu luang yang terbuang dengan sia-sia. Tidak hanya kegiatan kepramukaan yang diatur, kegiatan makan, mandi, istirahat dan kegiatan ibadahpun diatur. Ibadah bersama seperti shalat berjamaah, dan shalat malam diatur, dan wajib dilaksanakan oleh setia peserta.

Dalam perkemahan pun, disadari ataupun tidak, baik oleh penyelenggara perkemahan maupun kelompok atau regu yang mengikuti perkemahan, sebenarnya telah melaksanaan prinsip-prinsip manajemen. Diawali dari perencanaan (planning) seperti merancang waktu dan kegiatan, survey awal lokasi perkemahan, menyusun acara perkemahan, merancang job descriftion dan job spesification, dll. Prinsip pengorgnisasian (organizing) dapat dilihat dari pengalokasian sumber daya, pengalokasian sumber keuangan, penentuan struktur tugas, tanggung jawab dan wewenang masing-masing anggota dapat dilihat dalam pengorganisasian perkemahan. Prinsip penggerakan/pengarahan (actuacting) dapat dilihat dari kemapuan pemimpin regu atau panitia perkemahan dalam mengarahkan anggotanya, dalam menggerakan anggotanya untuk melakukan tugas dan tanggung jawab yang telah diamanatkan kepadanya yang telah tertuang dalam job descriftion. Prinsip pengawasan (controlling) dapat dilihat dari kegiatan panitian atau regu dalam melakukan penilaian terhada kegiatan-kegiatan yang telah dilaksanakan. Dalam penilaian atau evaluasi kegiatan akan diketahui tingkat keberhasilan dari program yang telah dilaksanakan dan penentuan strategi selanjutnya.

Jauh sebelum kegiatan perkemahan dilaksanakan, biasanya dibentuk sebuah kepanitiaan. Di dalam kepanitiaan prinsip-prinsip manajemen diimplementasikan. Secara umum, didahului dengan penyusunan Proposal Kegiatan. Kegiatan penyusunan proposal kegiatan, dalam kurikulum pendidikan formal, hampir tidak diberikan. Sekalipun diberikan, tetapi tidak diimplementasikan sehingga tidak dapat diketahui kekuatan dan kelemahan proposal yang telah disusun. Tetapi dalam kegiatan pramuka, kegiatan menyusun proposal merupakan proses penyusunan proposal yang benar-benar akan dilakukan. Sehingga dengan mempelajari proposal yang telah disusun, akan dapat diketahui tingkat keberhasilan dari rencana yang akan dilaksanakan.

Di dalam proposal, paling tidak terdapat hal-hal yang melatarbelakangi sebuah kegiatan, tujuan dan sasaran kegiatan, waktu dan tempat kegiatan, acara kegiatan yang tersusun secara kronologis dari awal keberangkatan sampai kembali ke sekolah disertai dengan penanggungjawab setiap mata acara, susunan panitian, dan anggaran kegiatan. Semua kegiatan tersebut, merupakan bentuk nyata dalam pengembangan kepribadian, keterampilan, sikap dan etos kerja yang tinggi.

Sikap kemandirian, ulet, kejujuran, kedisiplinan, terbentuknya pribadi yang tangguh, tidak cepat putus asa, berani dan bertanggung jawab akan teruji dan terbentuk dalam kegiatan perkemahan.

0 komentar:

Posting Komentar

PENERIMAAN SISWA BARU

Yayasan Pendidikan Dan Sosial Pondok Pesantren Menerima Pendaftaran Siswa Baru Mulai Pertengahan Mei 2016, Untuk Tahun Ajaran 2016-2017 Jenjang Pendidikan : SMP Berbasis Pesantren Hidayatus Saalikin, Madrasah Aliyah Juga Umum ( SMK-SMA) Dengan ketentuan mentaati dan patuh pada tata tertib Pondok Pesantren...... BACA SELENGKAPNYA