IMAN
Pengertian iman dari bahasa Arab yang artinya percaya. Sedangkan menurut istilah, pengertian iman adalah membenarkan dengan hati, diucapkan dengan lisan, dan diamalkan dengan tindakan (perbuatan). Dengan demikian, pengertian iman kepada Allah adalah membenarkan dengan hati bahwa Allah itu benar-benar ada dengan segala sifat keagungan dan kesempurnaanNya, kemudian pengakuan itu diikrarkan dengan lisan, serta dibuktikan dengan amal perbuatan secara nyata.
Jadi, seseorang dapat dikatakan sebagai mukmin (orang yang beriman) sempurna apabila memenuhi ketiga unsur keimanan di atas. Apabila seseorang mengakui dalam hatinya tentang keberadaan Allah, tetapi tidak diikrarkan dengan lisan dan dibuktikan dengan amal perbuatan, maka orang tersebut tidak dapat dikatakan sebagai mukmin yang sempurna. Sebab, ketiga unsur keimanan tersebut merupakan satu kesatuan yang utuh dan tidak dapat dipisahkan.
Pengertian
Iman Dalam Agama Islam - Iman (bahasa Arab:الإيمان) secara etimologis berarti
'percaya'. Perkataan iman (إيمان) diambil dari kata kerja 'aamana' (أمن) --
yukminu' (يؤمن) yang berarti 'percaya' atau 'membenarkan'.
Iman
secara bahasa berarti tashdiq (membenarkan). Sedangkan secara istilah syar’i,
iman adalah "Keyakinan dalam hati, Perkataan di lisan, amalan dengan
anggota badan, bertambah dengan melakukan ketaatan dan berkurang dengan
maksiat". Para ulama salaf menjadikan amal termasuk unsur keimanan. Oleh
sebab itu iman bisa bertambah dan berkurang, sebagaimana amal juga bertambah
dan berkurang". Ini adalah definisi menurut Imam Malik, Imam Syafi’i, Imam
Ahmad, Al Auza’i, Ishaq bin Rahawaih, madzhab Zhahiriyah dan segenap ulama
selainnya.
Dengan demikian
definisi iman memiliki 5 karakter: keyakinan hati, perkataan lisan, dan amal
perbuatan, bisa bertambah dan bisa berkurang.
“Agar
bertambah keimanan mereka di atas keimanan mereka yang sudah ada.
QS.
Al Fath [48] : 4
Imam
Syafi’i berkata, “Iman itu meliputi perkataan dan perbuatan. Dia bisa bertambah
dan bisa berkurang. Bertambah dengan sebab ketaatan dan berkurang dengan sebab
kemaksiatan.” Imam Ahmad berkata, “Iman bisa bertambah dan bisa berkurang. Ia
bertambah dengan melakukan amal, dan ia berkurang dengan sebab meninggalkan
amal.” Imam Bukhari mengatakan, “Aku telah bertemu dengan lebih dari seribu
orang ulama dari berbagai penjuru negeri, aku tidak pernah melihat mereka
berselisih bahwasanya iman adalah perkataan dan perbuatan, bisa bertambah dan
berkurang.”
Perkataan
iman yang berarti 'membenarkan' itu disebutkan dalam al-Quran, di antaranya
dalam Surah At-Taubah ayat 62 yang bermaksud: "Dia (Muhammad) itu
membenarkan (mempercayai) kepada Allah dan membenarkan kepada para orang yang
beriman." Iman itu ditujukan kepada Allah , kitab kitab dan Rasul. Iman
itu ada dua Iman Hak dan Iman Batil.
Definisi
Iman berdasarkan hadist merupakan tambatan hati yang diucapkan dan dilakukan
merupakan satu kesatuan. Iman memiliki prinsip dasar segala isi hati, ucapan
dan perbuatan sama dalam satu keyakinan, maka orang - orang beriman adalah
mereka yang di dalam hatinya, disetiap ucapannya dan segala tindakanya sama,
maka orang beriman dapat juga disebut dengan orang yang jujur atau orang yang
memiliki prinsip. atau juga pandangan dan sikap hidup.
Para
imam dan ulama telah mendefinisikan istilah iman ini, antara lain, seperti
diucapkan oleh Imam Ali bin Abi Talib: "Iman itu ucapan dengan lidah dan
kepercayaan yang benar dengan hati dan perbuatan dengan anggota." Aisyah
r.a. berkata: "Iman kepada Allah itu mengakui dengan lisan dan membenarkan
dengan hati dan mengerjakan dengan anggota." Imam al-Ghazali menguraikan
makna iman: "Pengakuan dengan lidah (lisan) membenarkan pengakuan itu
dengan hati dan mengamalkannya dengan rukun-rukun (anggota-anggota)."
Jadi,dapat
di simpulkan,seseorang dapat dikatakan sebagai mukmin (orang yang beriman)
sempurna apabila memenuhi unsur unsur keimanan di atas. Apabila seseorang
mengakui dalam hatinya tentang keberadaan Allah, tetapi tidak diikrarkan dengan
lisan dan dibuktikan dengan amal perbuatan, maka orang tersebut tidak dapat
dikatakan sebagai mukmin yang sempurna. Sebab, unsur unsur keimanan tersebut
merupakan satu kesatuan yang utuh dan tidak dapat dipisahkan.
Keimanan
adalah hal yany paling mendasar yang harus dimiliki seseorang. Allah
memerintahkan agar ummat manusia beriman kepada-Nya, sebagaimana firman Allah
yang artinya:
“Wahai
orang-orang yang beriman. Tetaplah beriman kepada Allah dan RasulNya (Muhammad)
dan kepada Kitab (Al Qur’an) yang diturunkan kepada RasulNya, serta kitab yang
diturunkan sebelumnya. Barangsiapa ingkar kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya,
Kitab-kitab-Nya, Rasul-rasulNya, dan hari kemudian, maka sungguh orang itu
telah tersesat sangat jauh.” (Q.S. An Nisa : 136)
ILMU
Kata ilmu berasal dari kata kerja ‘alima, yang berarti memperoleh hakikat ilmu, mengetahui, dan yakin. Ilmu, yang dalam bentuk jamaknya adalah ‘ulum, artinya ialah memahami sesuatu dengan hakikatnya, dan itu berarti keyakinan dan pengetahuan. Jadi ilmu merupakan aspek teoritis dari pengetahuan. Dengan pengetahuan inilah manusia melakukan perbuatan amalnya. Jika manusia mempunyai ilmu tapi miskin amalnya maka ilmu tersebut menjadi sia-sia.
Berbeda dengan pengetahuan, ilmu merupakan pengetahuan khusus tentang apa penyebab sesuatu dan mengapa. Ada persyaratan ilmiah sesuatu dapat disebut sebagai ilmu. Sifat ilmiah sebagai persyaratan ilmu banyak terpengaruh paradigma ilmu-ilmu alam yang telah ada lebih dahulu
Ilmu
merupakan kata yang berasal dari bahasa Arab, masdar dari: alima ya’lamu yang
berarti tahu atau mengetahui dalam bahasa Inggris ilmu biasanyadipadankan
dengan kata science. Dalam bahasa Indonesia kata science umumnyadiartikan ilmu
tapi sering juga diartikan dengan ilmu pengetahuan.Ilmu adalah pengetahuan
tentang sesuatu bidang yang disusun secara bersistem menurut metode–metode
tertentu yang dapat di gunakan untuk menerangkan gejala–gejala tertentu di
bidang pengetahuan itu.
Ajaran
Islam sebagai mana tercermin dari Al-qur'an sangat kental dengannuansa–nuansa
yang berkaitan dengan ilmu, ilmu menempati kedudukan yang sangat penting dalam
ajaran islam.Keimanan yang dimilikioleh seseorang akan jadi pendorong untuk
menuntutilmu, sehingga posisi orang yang beriman dan berilmu berada pada posisi
yang tinggidihadapan Allah. Yang berarti juga rasa takut kepada Allah akan
menjiwai seluruhaktivitas kehidupan manusia untuk beramal shaleh. Dengan
demikian nampak jelas bahwa keimanan yang dibarengi dengan ilmu akan membuahkan
amal–amal shaleh. Nurcholis Majid menyatakan bahwa keimanan dan amal perbuatan
beserta ilmumembentuk segi tiga pola hidup yang kokoh.Ilmu, iman dan amal
shaleh faktor menggapai kehidupan bahagia. Ketenanganhati, kebahagiaannnya dan
hilangnya kegundahan adalah keinginan setiap orang,dengan itulah kehidupan yang
baik, perasaan senang dan tentram dapat dicapai.AMAL
Secara bahasa "amal" berasal dari bahasa Arab yang berarti perbuatan atau tindakan, sedangkan saleh berarti yang baik atau yang patut. Menurut istilah, amal saleh ialah perbuatan baik yang memberikan manfaat kepada pelakunya di dunia dan balasan pahala yang berlipat di akhirat.
Pengertian amal dalam pandangan Islam adalah setiap amal saleh, atau setiap perbuatan kebajikan yang diridhai oleh Allah SWT. Dengan demikian, amal dalam Islam tidak hanya terbatas pada ibadah, sebagaimana ilmu dalam Islam tidak hanya terbatas pada ilmu fikih dan hukum-hukum agama. Ilmu dalam dalam ini mencakup semua yang bermanfaat bagi manusia seperti meliputi ilmu agama, ilmu alam, ilmu sosial dan lain-lain. Ilmu-ilmu ini jika dikembangkan dengan benar dan baik maka memberikan dampak yang positif bagi peradaban manusia. Misalnya pengembangan sains akan memberikan kemudahan dalam lapangan praktis manusia. Demikian juga pengembangan ilmu-ilmu sosial akan memberikan solusi untuk pemecahan masalah-masalah di masyarakat.
Hubungan Antara Iman, Ilmu, dan Amal
Dalam islam, antara iman, ilmu dan amal terdapat hubungan yang terintegrasi kedalam agama islam. Islam adalah agama wahyu yang mengatur sistem kehidupan. Dalam agama islam terkandung tiga ruang lingkup, yaitu akidah, syari’ah dan akhlak. Sedangkan iman, ilmu dan amal barada didalam ruang lingkup tersebut. Iman berorientasi terhadap rukun iman yang enam, sedangkan ilmu dan amal berorientasi pada rukun islam yaitu tentang tata cara ibadah dan pengamalanya.
Akidah merupakan landasan pokok dari setiap amal seorang muslim dan sangat menentukan sekali terhadap nilai amal, karena akidah itu berurusan dengan hati. Akidah sebagai kepercayaan yang melahirkan bentuk keimanan terhadap rukun iman, yaitu iman kepada Allah, Malaikat-malaikat Allah, kitab-kitab Allah, Rosul-rosul Allah, hari qiamat, dan takdir.
Meskipun hal yang paling menentukan adalah akidah/iman, tetapi tanpa integritas ilmu dan amal dalam perilaku kehidupan muslim, maka keislaman seorang muslim menjadi kurang utuh, bahkan akan mengakibatkan penurunan keimanan pada diri muslim, sebab eksistensi prilaku lahiriyah seseorang muslim melambangkan batinnya.
Pengertian
amal dalam pandangan Islam adalah setiap amal saleh, atau setiap perbuatan
kebajikan yang diridhai oleh Allah SWT. Dengan demikian, amal dalam Islam tidak
hanya terbatas pada ibadah, sebagaimana ilmu dalam Islam tidak hanya terbatas
pada ilmu fikih dan hukum-hukum agama. Ilmu dalam dalam ini mencakup semua yang
bermanfaat bagi manusia seperti meliputi ilmu agama, ilmu alam, ilmu sosial dan
lain-lain. Ilmu-ilmu ini jika dikembangkan dengan benar dan baik maka
memberikan dampak yang positif bagi peradaban manusia
Kata
amal artinya pekerjaan. Dalam bahasa Arab kata amal dipakai untuk semua bentuk
pekerjaan. Tidak seperti anggapan sebagian masyarakat Muslim, yang
mengembalikan kata amal dengan kata ibadah dan memahaminya sebatas kegiatan
ritual seperti pergi ke masjid, membaca Alquran, shalat, puasa, haji, zakat,
sedekah, dan sebagainya.
Dalam
Alquran, kata amal terbagi kepada 'amalus-shalih (pekerjaan baik) dan 'amalun
ghairus-shalih (pekerjaan yang tidak baik). 'Amalun ghairus-shalih disebut pula
dengan 'amalus-sayyi-ah (amal salah), termasuk pula ke dalam kategori ini
'amalus-syaithan (pekerjaan setan) dan 'amalus-mufsidin (pekerjaan pelaku
kebinasaan). Umat Islam diperintah melakukan 'amalus-shalih dan wajib menjauhi
'amalus-sayyi-ah.
Ada
firman Allah SWT, ''Siapa yang mengerjakan kebaikan dia mendapat pahala dari
perbuatannya itu dan siapa yang mengerjakan kejahatan maka orang yang melakukan
kejahatan itu tidak dibalas kecuali menurut apa yang dikerjakannya.''
(Al-Qasas: 84). Hubungan Iman dan Ilmu
Beriman berarti meyakini kebenaran ajaran Allah SWT dan Rasulullah SAW. Serta dengan penuh ketaatan menjalankan ajaran tersebut. Untuk dapat menjalankan perintah Allah SWT dan Rasul kita harus memahaminya terlebih dahulu sehingga tidak menyimpang dari yang dikehendaki Allah dan Rasulnya. Cara memahaminya adalah dengan selalu mempelajari agama (Islam).
Iman dan Ilmu merupakan dua hal yang saling berkaitan dan mutlak adanya. Dengan ilmu keimanan kita akan lebih mantap. Sebaliknya dengan iman orang yang berilmu dapat terkontrol dari sifat sombong dan menggunakan ilmunya untuk kepentingan pribadi bahkan untuk membuat kerusakan.
Hubungan Iman dan Amal
Amal Sholeh merupakan wujud dari keimanan seseorana. Artinya orang yang beriman kepada Allah SWT harus menampakan keimanannya dalam bentuk amal sholeh. Iman dan Amal Sholeh ibarat dua sisi mata uang yang tidak dapat dipisahkan. Mereka bersatu padu dalam suatu bentuk yang menyebabkan ia disebut mata uang. Iman tanpa Amal Sholeh juga dapat diibaratkan pohon tanpa buah.
Dengan demikian seseorang yang mengaku beriman harus menjalankan amalan keislaman, begitu pula orang yang mengaku islam harus menyatakan keislamannya. Iman dan Islam seperti bangunan yang kokoh didalam jiwa karena diwujudkan dalam bentuk amal sholeh yang menunjukkan nilai nilai keislaman.
Hubungan Amal dan Ilmu
Hubungan ilmu dan amal dapat difokuskan pada dua hal. Pertama, ilmu adalah pemimpin dan pembimbing amal perbuatan. Amal boleh lurus dan berkembang bila didasari dengan ilmu. Dalam semua aspek kegiatan manusia harus disertai dengan ilmu baik itu yang berupa amal ibadah atau amal perbuatan lainnya. Kedua jika orang itu berilmu maka ia harus diiringi dengan amal. Amal ini akan mempunyai nilai jika dilandasi dengan ilmu. Begitu juga dengan ilmu akan mempunyai nilai atau makna jika diiringi dengan amal. Keduanya tidak dapat dipisahkan dalam perilaku manusia. Sebuah perpaduan yang saling melengkapi dalam kehidupan manusia yaitu setelah berilmu lalu beramal.
Ajaran Islam sebagai mana tercermin dari Al-qur'an sangat kental dengan nuansa–nuansa yang berkaitan dengan ilmu, ilmu menempati kedudukan yang sangat penting dalam ajaran islam. Keimanan yang dimiliki oleh seseorang akan jadi pendorong untuk menuntut ilmu, sehingga posisi orang yang beriman dan berilmu berada pada posisi yang tinggi dihadapan Allah yang berarti juga rasa takut kepada Allah akan menjiwai seluruh aktivitas kehidupan manusia untuk beramal shaleh. Dengan demikian nampak jelas bahwa keimanan yang dibarengi dengan ilmu akan membuahkan amal–amal shaleh. Maka dapat disimpulkan bahwa keimanan dan amal perbuatan beserta ilmu membentuk segi tiga pola hidup yang kokoh. Ilmu, iman dan amal shaleh merupakan faktor menggapai kehidupan bahagia.
Tentang hubungan antara iman dan amal, demikian sabdanya,
“Allah tidak menerima iman tanpa amal perbuatan dan tidak pula menerima amal perbuatan tanpa iman” [HR. Ath-Thabrani] . Kemudian dijelaskannya pula bahwa, “Menuntut ilmu itu wajib atas setiap muslim” [HR. Ibnu Majah dari Anas, HR. Al Baihaqi] . Selanjutnya, suatu ketika seorang sahabatnya, Imran, berkata bahwasanya ia pernah bertanya, "Wahai Rasulullah, amalan-amalan apakah yang seharusnya dilakukan orang-orang?". Beliau Saw. menjawab: "Masing-masing dimudahkan kepada suatu yang diciptakan untuknya" [HR. Bukhari] “Barangsiapa mengamalkan apa yang diketahuinya, niscaya Allah mewariskan kepadanya ilmu yang belum diketahuinya.” [HR. Abu Na’im] . ”Ilmu itu ada dua, yaitu ilmu lisan, itulah hujjah Allah Ta’ala atas makhlukNya, dan ilmu yang di dalam qalb, itulah ilmu yang bermanfaat.” [HR. At Tirmidzi] . ”Seseorang itu tidak menjadi ‘alim (ber-ilmu) sehingga ia mengamalkan ilmunya.” [HR. Ibnu Hibban].
Suatu ketika datanglah seorang sahabat kepada Nabi Saw. dengan mengajukan pertanyaan: ”Wahai Rasulullah, apakah amalan yang lebih utama ?” Jawab Rasulullah Saw : “Ilmu Pengetahuan tentang Allah ! ” Sahabat itu bertanya pula “Ilmu apa yang Nabi maksudkan ?”. Jawab Nabi Saw : ”Ilmu Pengetahuan tentang Allah Subhanaahu wa Ta’ala ! ” Sahabat itu rupanya menyangka Rasulullah Saw salah tangkap, ditegaskan lagi “Wahai Rasulullah, kami bertanya tentang amalan, sedang Engkau menjawab tentang Ilmu !” Jawab Nabi Saw. pula “Sesungguhnya sedikit amalan akan berfaedah (berguna) bila disertai dengan ilmu tentang Allah, dan banyak amalan tidak akan bermanfaat bila disertai kejahilan tentang Allah”[HR.Ibnu Abdil Birrdari Anas]. Kejahilan adalah kebodohan yang terjadi karena ketiadaan ilmu pengetahuan. Dengan demikian, banyak amal setiap orang menjadi sangat berkaitan dengan keimanan dan ilmu pengetahuan karena ”Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal-amal saleh, mereka diberi petunjuk oleh Rabb mereka kerana keimanannya … QS.[10]:9.
Ilmu pengetahuan tentang Allah Subhanaahu wa Ta’ala adalah penyambung antara keimanannya dengan amalan-amalan manusia di muka bumi ini. Sebagaimana kaedah pengaliran iman yang diajarkan oleh Rasulullah Saw. bahwasanya iman adalah sebuah tashdiq bi-l-qalbi yang di ikrarkan bi-l-lisan dan di amalkan bilarkan Dengan itu di simpulkan bahawa kita jangan memisah ketiga komponen yang telah kita perhatikan tadi (iman,ilmu dan amal) karena pemisahan setiap komponen menjadikan islam itu janggal.
Bagaimana Menyeimbangkan Antara Iman, Ilmu dan Amal.
1. Kaitan antara iman, ilmu dan amal
Dalam sejarah kehidupan manusia, Allah swt memberikan kehidupan yang sejahtera, bahagia, dan damai kepada semua orang yang mau melakukan amal kebaikan yang diiringi dengan iman, dengan yakin dan ikhlas karena Allah swt semata (QS. At – Thalaq : ayat 2 – 3 ).Perbuatan baik seseorang tidak akan dinilai sebagai suatu perbuatan amal sholeh jika perbuatan tersebut tidak dibangun diatas nilai iman dan takwa, sehingga dalam pemikiran Islam perbuatan manusia harus berlandaskan iman dan pengetahuan tentang pelaksanaan perbuatan.
Sumber ilmu menurut ajaran Islam :
· Wahyu , yaitu sesuatu yang dibisikkan dan diilhamkan ke dalam sukma serta isyarat cepat yang lebih cenderung dalam bentuk rahasia yang disebut ayat Allah swt “Qur’aniyah”
· Akal , yaitu suatu kesempurnaan manusia yang diberikan oleh Allah swt untuk berpikir dan menganalisa semua yang ada dan wujud diatas dunia yang disebut ayat Allah “Kauniyah”
Allah swt akan mengangkat harkat dan martabat manusia yang beriman kepada Allah swt dan berilmu pengetahuan luas, yang diterangkan dalam Q.S. Al Mujadalah : 11. Yang isinya bahwa Allah akan mengangkat tinggi-tinggi kedudukan orang yang berilmu pengetahuan dan beriman kepada Allah swt , orang yang beriman diangkat kedudukannya karena selalu taat melaksanakan perintah Allah swt dan rasulnya, sedangkan orang yang berilmu diangkat kedudukannya karena dapat memberi banyak manfaat kepada orang lain.
Islam tidak menghendaki orang alim yang digambarkan seperti lilin, mampu menerangi orang lain sedang dirinya sendiri hancur, dan ini besar sekali dosanya, karena dapat memberitahu orang lain dan dirinya sendiri tidak mau tau lagi juga tidak mengerjakan seperti dalam Q.S. Ash – Shaf : 3 yang menerangkan bahwa orang alim dan pandai hendaknya menjadi contoh dan teladan bagi orang lain. Dibawah naungan dan lindungan Allah swt.
Iman, ilmu dan amal merupakan satu kesatuan yang utuh, rodak dapat dipisahkan antara satu dengan lainnya.
2. Hubungan antara iman, ilmu dan amal dalam kehidupan.
Sumber pokok ilmu pengetahuan menurut Islam adalah wahyu dan akal yang keduanya tidak boleh dipertentangkan karena manusia diberi kebebasan dengan mengembangkan akalnya dengan catatan dalam pengembangan tersebut tetap, terikat dengan wahyu dan tidak akan bertentangan dengan syariat Islam. Sehingga ilmu pengetahuan dibagi menjadi 2 bagian besar yaitu ilmu yang bersifat abadi yang tingkat kebenarannya bersifat mutlak dan ilmu yang bersifat perolehan yang tingkat kebenarannya bersifat nisbi. Menuntut ilmu pengetahuan mendalami ilmu agama bertujuan untuk mencerdaskan umat dan mengembangkan agama islam agar dapat disebarluaskan dan dipahami oleh masyarakat.Tiga macam kewajiban ilmu pengetahuan bagi orang mukmin:
· Menuntut ilmu, walaupun sampai ke negeri cina.
· Mengamalkannya
· Mengajarkan kepada orang lain tanpa pilih kasih
Kewajiban menuntut ilmu pengetahuan yanbg ditekankan adalah dalam bidang agama,karena agama merupakan sistem hidup yang mencakup seluruh aspek kehidupan manusia.Allah juga memberikan tuntunan agar motifasi dan niat belajar serta menuntut ilmu itu hanya semata-mata karena Allah SWT.Seperti di QS Al-Alaq:1-5. Alasan mencari ilmu yang motifasinya harus wajib karena Allah SWT :
· Karena ilmu yang dicari itu bermanfaat baik di dunia maupun di akherat
· Ada kesungguhan bagi yang menuntutnya karena dorongannya hanya satu yaitu perintah Allah SWT
· Tidak akan kecewa berat apabila tujuannya tidak tercapai karena semuanya telah diatur oleh Allah yang maha Bijaksana.
Menurut HR.Al-Baihaqi,”Betapa wajib dan pentingnya hubungan sinerki antara iman,ilmu,dan amal perbuatan,sehingga mencari ilmu dalam kondisi apapun dalam orang mukmin merupakan suatu kewajiban yang tidak bisa diabaikan serta dalam mengamalkannya yang dilandasi iman karena Allah SWT.
Kewajiban menuntut iptek serta tanggung jawab terhadap alam dan lingkungannya.
1. Kewajiban menuntut ilmu pengetahuan dan teknologi modern
a. Konsep ilmu pengetahuan dan teknologi
Ilmu adalah pengetahuan yang sudah diklasifikasikan, diorganisasi, disistematisasi dan diinterpretasi yang dapat menghasilkan kebenaran obyektif,serta sudah diuji kebenarannya dan dapat juga diuji ulang secara ilmiah. Menurut Dr.Abdul Rozzaq Nauval dalam bukunya “ Almuslimun wal ilmul hadits” yang berdasarkan QS Arrohman : 33,sultan adalah ilmu pengetahuan dan kemampuan yang canggih atau teknologi modern.QS Arrohman : 33 memberikan isyarat kepada manusia bahwa mereka tidak mustahil menembus ruang angkasa,bila ilmu pengetahuan dan kemampuan yang canggih atau teknologi modern memadai.
Umat islam berhasil mengembangkan ilmu pengetahuan itu pada abad pertemanan karena didorong oleh Al-Qur’anul karim,dan sebetulnya umat islam sejak turunnya Al-Qur’an pertama kali sudah dianjurkan untuk belajar dan juga untuk memakmurkan bumi ini dengan cara meneliti dan sekaligus menjelajahi ruang angkasa demi kepentingan hidup umat manusia itu sendiri. Al-Qur’an memang tidak memberikan petunjuk secara jelas dan rinci untuk hal ini namun Al-Qur’an memberikan modal dasar kepadanya berupa akal dan pikiran serta sarana mentah untuk digali, dikaji, dan diolah sehingga dapat memberikan manfaat bagi kehidupan umat manusia pada umumnya.
b. Teknologi modern merupakan penerapan praktis ilmu pengetahuan
Teknologi bersifat netral artinya bahwa teknologi dapat digunakan untuk pemanfaatan sebesar-besarnya atau bisa juga digunakan untuk kehancuran dalam semua segi kehidupan umat manusia. Al Ghozali mengatakan bahwa barang siapa berilmu, mau mempraktekkan dan membimbing manusia dengan ilmunya bagaikan matahari. Selain menerangi dirinya juga menerangi orang lain dan bagaikan minyak kasturi yang harum yang menyebarkan keharumannya kepada orang lain yang berpapasan dengannya.
Allah yang maha kuasa lagi maha menentukan segala sesuatu mengajarkan manusia agar memperhatikan burung-burung yang sedang berada diangkasa, bahkan allah jiga bertanya siapa yang mengajarkan burung itu terbang mengembangkan sayapnya dan siapakah yang menciptakan burung itu dengan bentuk tertentu sehingga mampu terbang dan tidak jatuh ke bumi. Firman allah Qs almulk : 19 bahwa tentu tidak mustahil bagi manusia untuk bisa terbang apabila di lengkapi dengan alat sebab akal manusia yang akhirnya mampu menciptakan dan membut pesawat udara dan alat lain yang dapat menerbangkan dirinya sendiri dan juga benda-benda berat di ruang angkasa.
Hakikat ilmu bukanlah sekedar pengetahuan atau kepandaian dan juga penerapan yang dapat dapat di pakai untuk memperoleh sesuatui tetapi merupakan cahaya dan nur illahiyah yang dapat menerangi jiwa untuk berbuat dan bertingkah laku yang baik sehingga menjadi masalah dan tidak ada perbedaan antara ilmu umum dan ilmu agama karena selama semuanya menuju kepad iman dsan taqwa kepada allah SWT.
2. Tanggung jawab terhadap manusia
a. kewajiban manusia menjaga alam dari kerusakan dan fasad.
Al Qur’an memerintahkan kepada semua umat islam untuk memperhatikan semua dengan seksama agar dapat mengakui bahwa penciptanya dapat membangkitkan manusia kembali pada asal mulanya, dengan melalui perenungan terhadap fenomena nature, diharapkan dapat menyadakan manusia akan kemahakuasaan sang penviptanya seperti dalam Qs yasin : 78-79. Orang yang ingkar supaya memperhatikan tand-tand kebesaran Allah yang bertebaran di langit dan dibumi agar dapat dimanfaatkan sebesar-besarnya untuk kemakmuran bersama umat manusia bukan untuk dirusak.
b. kerusakan alam sebab perbuatan manusia
fungsi utama manusia :
· hamba Allah adalah ketaatan, ketundukan dan kepatuhan manusia kepada kebenaran dan keadilan Allah SWT
· khalifah di bumi adalah manusia mempunyai tanggung jawab untk menjaga keseimbangan alam dan lingkungan tempat mereka bertempat tinggal.
Berdasarkan Qs.ArRum : 41 – 42, perintah Alquran untuk meneliti dan mengkaji tentang kerusakan tersebut disebabkan penduduknya kufur dan tidak dapat mensyukuri nikmat yang diberikan oleh Allah kepadanya, untuk itulah bersyukur hukumnya wajib. Untuk mengurangi dan menghindari dari kerusakan yang merajalela dimuka bumi dan di laut itu, hendaklah manusia berpegang kepada ajaran Allah dan agar kembali kepada tuntutan agama yang benar yaitu ajaran islam yang sempurna fungsi dan kemanfaatannya bagi kehidupan dan kelestarian alam ini sehingga selamat dan sejahtera baik didunia maupun akhiratnya.
Berdasarkan Hr.Muslim, kita mengetahui begitu besar pahala orang yang membuat teladan yang baik dan betapa besar dosa orang yang menjadi contoh kejahatan maka kita hendaknya berusaha sekuat tenaga untuk berbuat baik yang sekiranya bermanfaat bagi masyarakat banyak dan hindari perbuatan jahat yang merugikan diri sendiri maupun masyarakat pada umumnya.
Kedudukan Iman,Ilmu dan amal dalam kehidupan
·
Kedudukan
Iman
Iman
dalam Islam menempati posisi amat penting dan strategis sekali. Karena iman
adalah asas dan dasar bagi seluruh amal perbuatan manusia. Tanpa iman tidaklah
sah dan diterima amal perbuatannya. Firman Allah SWT dalam Qur’an Surat
An-Nisa’ 124 yg artinya “Barangsiapa yang mengerjakan amal-amal shaleh baik
laki-laki maupun wanita sedang ia orang yang beriman maka mereka itu masuk ke
dalam surga dan mereka tidak dianiaya walau sedikitpun.”
Juga
dalam Qur’an Surah Al-Isra’ 19 yg artinya “Dan barangsiapa yg menghendaki
kehidupan akhirat dan berusaha ke arah itu dengan sungguh-sungguh sedang ia
adalah mu’min maka mereka itu adalah orang-orang yg usahanya dibalasi dengan
baik.”
Disebutkan
dalam hadits dari Al-Bara’ ibn ‘Azib Radhiyallahu ‘Anhu bahwa ada seorang kafir
datang dengan bertopeng sambil membawa sepotong besi kemudian memohon kepada
Rasulullah SAW agar diperkenankan pergi bersama kaum Muslimin untuk ikut
berperang. Maka beliau bersabda kepadanya “Masuklah Islam kemudian pergilah
berperang!” Lalu ia pun masuk Islam dan ikut pergi berperang sehingga terbunuh.
Nabi SAW bersabda “Dia beramal sedikit tetapi dibalas dengan pahala yang
banyak.” .
·
Kedudukan
Ilmu
Manusia
diciptakan lebih sempurna dibandingkan dengan makhluk ciptaan Allah yang lain.
Kesempurnaan manusia dibandingkan dengan makhluk lainnya tersebut adalah dengan
dengan pemberian akal pikiran dalam penciptaannya. Akal inilah yang dapat
membedakan manusia dari makhluk lainnya.
Dengan
akal itu Allah SWT telah memuliakan manusia, mengangkat derajatnya dengan
derajat yang tinggi. Akal adalah alat untuk berpikir, Allah SWT menjadikan akal
sebagai sumber tempat bermula dan dasar dari ilmu pengetahuan. Imam Ghazali
mengatakan sebagaimana dikutip oleh Wahbah Az-Zuhaili, penyebutan kata yang terkait dengan “al-‘aqlu” dalam
Al-Qur’an sedikitnya ada lima puluh kali dan penyebutan ‘Uulin-nuhaa’ sebanyak
dua kali.
Allah
SWT berfirman dalam S. Al-Jastiyah ayat 3-5. Artinya: Sesungguhnya pada langit
dan bumi benar-benar terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) untuk orang-orang
yang beriman. Dan pada penciptaan kamu dan pada binatang-binatang melata yang
bertebaran (di muka bumi) terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) untuk kaum
yang meyakini. Dan pada pergantian malam dan siang dan hujan yang diturunkan
Allah dari langit lalu dihidupkan-Nya dengan air hujan itu bumi sesudah
matinya; dan pada perkisaran angin terdapat pula tanda-tanda (kekuasaan Allah)
bagi kaum yang berakal.
Di
dalam ayat tersebut dijelaskan bahwa dalam setiap ciptaan Allah terdapat ilmu
pengetahuan yang akan menunjukkan tanda-tanda Kebesaran Allah kepada manusia.
Untuk menggali dan mendapatkan pengetahuan itu manusia harus menggunakan akal
pikiran yang telah dianugerahkan kepadanya. Dalam hal ini wahyu dan akal saling
mendukung dan melengkapi untuk mendapatkan tanda-tanda Kekuasaan Allah.
Agama
Islam datang dengan memuliakan sekaligus mengaktifkan kerja akal serta
menuntutnya kearah pemikiran Islam yang rahmatun lil’alamin. Manusia harus
dapat menggunakan kecerdasan yang dimilikinya untuk kesejahteraan hidupnya baik
di dunia maupun di akhirat.
Akal
sebagai dasar dari ilmu pengetahuan memberikan kemampuan kepada manusia untuk
membedakan antara yang baik dan yang buruk dan dapat memberikan argumen tentang
kepercayaan dan keberagamaannya. Dengan kemampuan akal untuk berpikir ini
manusia mampu menentukan pilihan yang terbaik untuk dirinya dan agamanya.
Islam
juga meluaskan cakrawala manusia mengenai potensi intelektual, psikologis dan
unsur-unsur penting penghidupan lainnya.[4] Islam mengajarkan manusia untuk
menggunakan kemampuan berpikirnya untuk menguasai dan mengembangkan ilmu
pengetahuan. Dengan menggunakan akal yang dimilikinya manusia dapat memperoleh
ilmu pengetahuan.
Manusia
harus terus menimba ilmu karena ilmu terus berkembang mengikuti zaman. Apabila
manusia tidak mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan, niscaya pandangannya
akan sempit yang berakibat lemahnya daya juang menghadapi jalan kehidupan yang
cepat ini.[5]
Salah
satu ciri yang membedakan Islam dengan yang lainnya adalah penekananya terhadap
Ilmu (sains). Al-Qur’an dan al-Sunah
mengajak kaum muslim untuk mencari dan mendapatkan ilmu dan kearifan,
serta menempatkan orang-orang yang berpengetahuan pada derajat yang tinggi.[6]
Allah SWT telah menjanjikan derajat yang tinggi bagi orang-orang yang beriman
dan berilmu pengetahuan.
Allah
SWT berfirman:
واذا
قيل انشزوا فانشزوا يرفع الله الذين امنوا منكم والذين اوتواالعلم درجات
“Dan
apabila dikatakan: “Berdirilah kamu” maka berdirilah, niscaya Allah akan
meninggikan orang-orang yang beriman diantaramu dan orang-orang yang diberi
ilmu pengetahuan beberapa derajat” (al-Mujadalah 11).
Rasulullah
menegaskan dengan sabda beliau:
طلب
العلم فريضة على كل مسلم (رواه ابن ماجه)
“Menuntut
ilmu itu adalah suatu kewajiban bagi setiap orang Islam”.[10])HR. Ibnu Majjah)
Jelaslah
dari sabda Rasul tesebut bahwasanya menuntut ilmu merupakan kewajiban bagi
setiap muslim, tanpa membedakan laki-laki ataupun perempuan. Begitu pentingnya
ilmu pengetahuan bagi manusia, karena orang beribadah kepada Allah juga harus
dengan ilmu.
·
Kedudukan
Amal
Amal
adalah setiap perilaku mahluk hidup yang disertai suatu maksud, apakah perilaku
tersebut baik ataukah buruk.
Allah
berfirman:
إِنَّ الَّذِينَ ءَامَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ
“Sesungguhnya
orang-orang yang beriman, mengerjakan amal saleh.” (QS.Al Baqoroh[2]:277)
مَن
يَعْمَلْ سُوءًا يُجْزَ بِهِ
“Barangsiapa
yang mengerjakan kejahatan, niscaya akan diberi pembalasan dengan kejahatan
itu.” (QS. An Nisa [4]:123).
Sedangkan
amal sholeh adalah:
الأفعال
الذي يجمع فاعله بين العلم و الإخلاص و كان
مؤمنا
“Perilaku
yang mana para pelakunya memiliki ilmu dan keikhlasan serta dalam keadaan
beriman”.
Beramal
shaleh memiliki kedudukan yang cukup mulia di dalam Islam berdasarkan beberapa
pandangan berikut ini:
Amal
shaleh merupakan sebab memasuki syurga-setelah rahmat Allah subhanahu
wata’ala-serta meraih ridho dan kecintaan-Nya.
Allah
berfirman :
لَهُمْ
دَارُ السَّلاَمِ عِنْدَ رَبِّهِمْ وَهُوَ وَلِيُّهُمْ بِمَا كَانُوا يَعْمَلُونَ
“Bagi
mereka (disediakan) Darussalam (surga) pada sisi Rabbnya dan Dialah Pelindung
mereka disebabkan amal-amal saleh yang selalu mereka kerjakan.” (QS. Al An`am
[6]:127)
Sedangkan
di sisi lain, para penghuni neraka disungkurkan ke dalamnya dengan sebab
amal-amal mereka yang buruk.
وَمَن
جَآءَ بِالسَّيِّئَةِ فَكُبَّتْ وُجُوهُهُمْ فِي النَّارِ هَلْ تُجْزَوْنَ إِلاَّ مَاكُنتُمْ
تَعْمَلُونَ
“Dan
barangsiapa yang membawa kejahatan, maka disungkurkanlah muka mereka ke dalam
neraka.Tiadalah kamu dibalasi, melainkan (setimpal) dengan apa yang dahulu kamu
kerjakan.” (QS. 27:90)
Karena
Iman terdiri dari unsur Qaul (perkataan) Qalbu dan Lisan serta unsur Amal
(perbuatan) Qalbu dan anggota tubuh. Bahkan didalam ayat Al Quran, Allah
mengiringi kata amal shalih dengan Iman di lebih dari 50 ayat. Karena itu, Al
Hasan Al Basry rahimahullah berkata:
لَيْسَ
الإِيْمَان بِالتََّحَلِّيْ وَلاَ بِالتََّمَنِّيْ وَلَكِنََّهُ مَا وَقََّرَ فِيْ
الصَّدْرِ وَ صَدَقَتْهُ اْلأَعْمَالُ
“Iman bukan dengan hiasan dan angan-angan.
Akan tetapi, Iman adalah sesuatu yang tertancap di dalam dada dan dibuktikan
dengan amal”. (Ibnu Abi Al `Izz, Syarah Al Aqidah Ath Tha Hawiyah:339)
Amal
merupakan tempat pandangan Allah subhanahu wata’ala
Rasulullah
shallallahu alaihi wasallam bersabda:
إنَّ
اللهَ لاَ يَنْظُرُ إِلَى صُوَرِكُمْ وَ أَمْوَالِكُمْ
وَ لَكِنْ يَنْظُرُ إِلَى قُلُوْبِكُمْ وَ أَعْمَالِكُمْ
“Sesungguhnya
Allah tidak memandang rupa dan harta kalian. Akan tetapi Dia memandang Qalbu
dan amal- amal kalian“. (HR.Muslim Kitab
Al Bir wa Ash Shilat, Tahrim Dzulm Al Muslim Al Khadzalih: 2567)
Perbedaan
derajat manusia di hari kiamat akan tergantung tingkat amal-amal mereka.
Allah
subhanahu wata’ala berfirman :
وَلِكُلٍّ
دَرَجَاتٌ مِّمَّا عَمِلُوا وَلِيُوَفِّيَهُمْ أَعْمَالَهُمْ وَهُمْ لاَ يُظْلَمُونَ
“Dan
bagi masing-masing mereka derajat menurut apa yang telah mereka kerjakan dan
agar Allah mencukupkan bagi mereka (balasan) pekerjaan-pekerjaan mereka sedang
mereka tiada dirugikan.” (QS. 46:19)
2.3 Hubungan Antara Iman, Ilmu, dan Amal
Dalam
islam, antara iman, ilmu dan amal terdapat hubungan yang terintegrasi kedalam
agama islam. Islam adalah agama wahyu yang mengatur sistem kehidupan. Dalam
agama islam terkandung tiga ruang lingkup, yaitu akidah, syari’ah dan akhlak.
Sedangkan iman, ilmu dan amal barada didalam ruang lingkup tersebut. Iman
berorientasi terhadap rukun iman yang enam, sedangkan ilmu dan amal
berorientasi pada rukun islam yaitu tentang tata cara ibadah dan pengamalanya.
Akidah
merupakan landasan pokok dari setiap amal seorang muslim dan sangat menentukan
sekali terhadap nilai amal, karena akidah itu berurusan dengan hati. Akidah
sebagai kepercayaan yang melahirkan bentuk keimanan terhadap rukun iman, yaitu iman kepada Allah, Malaikat-malaikat
Allah, kitab-kitab Allah, Rosul-rosul Allah, hari qiamat, dan takdir.
Meskipun
hal yang paling menentukan adalah akidah/iman, tetapi tanpa integritas ilmu dan
amal dalam perilaku kehidupan muslim, maka keislaman seorang muslim menjadi kurang utuh, bahkan akan
mengakibatkan penurunan keimanan pada diri muslim, sebab eksistensi prilaku
lahiriyah seseorang muslim melambangkan batinnya.
Beriman
berarti meyakini kebenaran ajaran Allah SWT dan Rasulullah SAW. Serta dengan
penuh ketaatan menjalankan ajaran tersebut. Untuk dapat menjalankan perintah
Allah SWT dan Rasul kita harus memahaminya terlebih dahulu sehingga tidak
menyimpang dari yang dikehendaki Allah dan Rasulnya. Cara memahaminya adalah
dengan selalu mempelajari agama (Islam).
Iman
dan Ilmu merupakan dua hal yang saling berkaitan dan mutlak adanya. Dengan ilmu
keimanan kita akan lebih mantap. Sebaliknya dengan iman orang yang berilmu
dapat terkontrol dari sifat sombong dan menggunakan ilmunya untuk kepentingan
pribadi bahkan untuk membuat kerusakan.
Amal
Sholeh merupakan wujud dari keimanan seseorana. Artinya orang yang beriman
kepada Allah SWT harus menampakan keimanannya dalam bentuk amal sholeh. Iman
dan Amal Sholeh ibarat dua sisi mata uang yang tidak dapat dipisahkan. Mereka
bersatu padu dalam suatu bentuk yang menyebabkan ia disebut mata uang. Iman
tanpa Amal Sholeh juga dapat diibaratkan pohon tanpa buah.
Hubungan
ilmu dan amal dapat difokuskan pada dua hal. Pertama, ilmu adalah pemimpin dan
pembimbing amal perbuatan. Amal boleh lurus dan berkembang bila didasari dengan
ilmu. Dalam semua aspek kegiatan manusia harus disertai dengan ilmu baik itu
yang berupa amal ibadah atau amal perbuatan lainnya. Kedua jika orang itu
berilmu maka ia harus diiringi dengan amal. Amal ini akan mempunyai nilai jika
dilandasi dengan ilmu. Begitu juga dengan ilmu akan mempunyai nilai atau makna
jika diiringi dengan amal. Keduanya tidak dapat dipisahkan dalam perilaku
manusia. Sebuah perpaduan yang saling melengkapi dalam kehidupan manusia yaitu
setelah berilmu lalu beramal.
Ajaran
Islam sebagai mana tercermin dari Al-qur'an sangat kental dengan nuansa–nuansa
yang berkaitan dengan ilmu, ilmu menempati kedudukan yang sangat penting dalam
ajaran islam. Keimanan yang dimiliki oleh seseorang akan jadi pendorong untuk
menuntut ilmu, sehingga posisi orang yang beriman dan berilmu berada pada
posisi yang tinggi dihadapan Allah yang berarti juga rasa takut kepada Allah
akan menjiwai seluruh aktivitas kehidupan manusia untuk beramal shaleh. Dengan
demikian nampak jelas bahwa keimanan yang dibarengi dengan ilmu akan membuahkan
amal–amal shaleh. Maka dapat disimpulkan bahwa keimanan dan amal perbuatan
beserta ilmu membentuk segi tiga pola hidup yang kokoh. Ilmu, iman dan amal
shaleh merupakan faktor menggapai kehidupan bahagia.Tentang hubungan antara
iman dan amal, demikian sabdanya,
“Allah
tidak menerima iman tanpa amal perbuatan dan tidak pula menerima amal perbuatan
tanpa iman” [HR. Ath-Thabrani] .
Kemudian dijelaskannya pula bahwa, “Menuntut ilmu itu wajib atas setiap
muslim” [HR. Ibnu Majah dari Anas, HR.
Al Baihaqi] . Selanjutnya, suatu ketika seorang sahabatnya, Imran, berkata
bahwasanya ia pernah bertanya, "Wahai Rasulullah, amalan-amalan apakah
yang seharusnya dilakukan orang-orang?". Beliau Saw. menjawab:
"Masing-masing dimudahkan kepada suatu yang diciptakan untuknya" [HR.
Bukhari] “Barangsiapa mengamalkan apa yang diketahuinya, niscaya Allah
mewariskan kepadanya ilmu yang belum diketahuinya.” [HR. Abu Na’im] . ”Ilmu itu
ada dua, yaitu ilmu lisan, itulah hujjah Allah Ta’ala atas makhlukNya, dan ilmu
yang di dalam qalb, itulah ilmu yang bermanfaat.” [HR. At Tirmidzi] .
”Seseorang itu tidak menjadi ‘alim (ber-ilmu) sehingga ia mengamalkan ilmunya.”
[HR. Ibnu Hibban].
2.4
Cara Menyeimbangkan Antara Iman,
Ilmu dan Amal.
1.
Kaitan
antara iman, ilmu dan amal
Dalam
sejarah kehidupan manusia, Allah swt memberikan kehidupan yang sejahtera, bahagia,
dan damai kepada semua orang yang mau melakukan amal kebaikan yang diiringi
dengan iman, dengan yakin dan ikhlas karena Allah swt semata (QS. At – Thalaq :
ayat 2 – 3).Perbuatan baik seseorang tidak akan dinilai sebagai suatu perbuatan
amal sholeh jika perbuatan tersebut tidak dibangun diatas nilai iman dan takwa,
sehingga dalam pemikiran Islam perbuatan manusia harus berlandaskan iman dan
pengetahuan tentang pelaksanaan perbuatan.
Sumber
ilmu menurut ajaran Islam :
·
Wahyu , yaitu sesuatu yang dibisikkan
dan diilhamkan ke dalam sukma serta isyarat cepat yang lebih cenderung dalam
bentuk rahasia yang disebut ayat Allah swt “Qur’aniyah”
·
Akal , yaitu suatu kesempurnaan manusia
yang diberikan oleh Allah swt untuk berpikir dan menganalisa semua yang ada dan
wujud diatas dunia yang disebut ayat Allah “Kauniyah”
Allah
swt akan mengangkat harkat dan martabat manusia yang beriman kepada Allah swt
dan berilmu pengetahuan luas, yang diterangkan dalam Q.S. Al Mujadalah : 11.
Yang isinya bahwa Allah akan mengangkat tinggi-tinggi kedudukan orang yang
berilmu pengetahuan dan beriman kepada Allah swt , orang yang beriman diangkat
kedudukannya karena selalu taat melaksanakan perintah Allah swt dan rasulnya, sedangkan orang yang berilmu
diangkat kedudukannya karena dapat memberi banyak manfaat kepada orang lain.
Islam
tidak menghendaki orang alim yang digambarkan seperti lilin, mampu menerangi
orang lain sedang dirinya sendiri hancur, dan ini besar sekali dosanya, karena
dapat memberitahu orang lain dan dirinya sendiri tidak mau tau lagi juga tidak
mengerjakan seperti dalam
Q.S.
Ash – Shaf : 3 yang menerangkan bahwa orang alim dan pandai hendaknya menjadi
contoh dan teladan bagi orang lain. Dibawah naungan dan lindungan Allah swt.
Iman,
ilmu dan amal merupakan satu kesatuan yang utuh, rodak dapat dipisahkan antara
satu dengan lainnya.
2.
Hubungan
antara iman, ilmu dan amal dalam kehidupan.
Sumber
pokok ilmu pengetahuan menurut Islam adalah wahyu dan akal yang keduanya tidak
boleh dipertentangkan karena manusia diberi kebebasan dengan mengembangkan
akalnya dengan catatan dalam pengembangan tersebut tetap, terikat dengan wahyu
dan tidak akan bertentangan dengan syariat Islam. Sehingga ilmu pengetahuan
dibagi menjadi 2 bagian besar yaitu ilmu yang bersifat abadi yang tingkat
kebenarannya bersifat mutlak dan ilmu yang bersifat perolehan yang tingkat
kebenarannya bersifat nisbi. Menuntut ilmu pengetahuan mendalami ilmu agama
bertujuan untuk mencerdaskan umat dan mengembangkan agama islam agar dapat
disebarluaskan dan dipahami oleh
masyarakat.Tiga macam kewajiban ilmu pengetahuan bagi orang mukmin:
·
Menuntut ilmu, walaupun sampai ke negeri
cina.
·
Mengamalkannya
·
Mengajarkan kepada orang lain tanpa
pilih kasih
Kewajiban
menuntut ilmu pengetahuan yanbg ditekankan adalah dalam bidang agama,karena
agama merupakan sistem hidup yang mencakup seluruh aspek kehidupan
manusia.Allah juga memberikan tuntunan agar motifasi dan niat belajar serta
menuntut ilmu itu hanya semata-mata karena Allah SWT.Seperti di QS Al-Alaq:1-5.
Alasan mencari ilmu yang motifasinya harus wajib karena Allah SWT :
·
Karena ilmu yang dicari itu bermanfaat
baik di dunia maupun di akherat.
·
Ada kesungguhan bagi yang menuntutnya
karena dorongannya hanya satu yaitu perintah Allah SWT.
·
Tidak akan kecewa berat apabila tujuannya
tidak tercapai karena semuanya telah diatur oleh Allah yang maha bijaksana.
Menurut
HR.Al-Baihaqi,”Betapa wajib dan pentingnya hubungan sinerki antara
iman,ilmu,dan amal perbuatan,sehingga mencari ilmu dalam kondisi apapun dalam
orang mukmin merupakan suatu kewajiban yang tidak bisa diabaikan serta dalam
mengamalkannya yang dilandasi iman karena Allah SWT.
Kewajiban
menuntut iptek serta tanggung jawab terhadap alam dan lingkungannya.
1) Kewajiban
menuntut ilmu pengetahuan dan teknologi modern
a. Konsep
ilmu pengetahuan dan teknologi
Ilmu
adalah pengetahuan yang sudah diklasifikasikan, diorganisasi, disistematisasi
dan diinterpretasi yang dapat menghasilkan kebenaran obyektif,serta sudah diuji
kebenarannya dan dapat juga diuji ulang secara ilmiah. Menurut Dr.Abdul Rozzaq
Nauval dalam bukunya “ Almuslimun wal ilmul hadits” yang berdasarkan QS
Arrohman : 33,sultan adalah ilmu pengetahuan dan kemampuan yang canggih atau
teknologi modern.QS Arrohman : 33 memberikan isyarat kepada manusia bahwa
mereka tidak mustahil menembus ruang angkasa,bila ilmu pengetahuan dan
kemampuan yang canggih atau teknologi modern memadai.
b. Teknologi
modern merupakan penerapan praktis ilmu pengetahuan
Teknologi
bersifat netral artinya bahwa teknologi dapat digunakan untuk pemanfaatan
sebesar-besarnya atau bisa juga digunakan untuk kehancuran dalam semua segi
kehidupan umat manusia. Al Ghozali mengatakan bahwa barang siapa berilmu, mau
mempraktekkan dan membimbing manusia dengan ilmunya bagaikan matahari. Selain
menerangi dirinya juga menerangi orang lain dan bagaikan minyak kasturi yang
harum yang menyebarkan keharumannya kepada orang lain yang berpapasan
dengannya.
Allah
yang maha kuasa lagi maha menentukan segala sesuatu mengajarkan manusia agar
memperhatikan burung-burung yang sedang berada diangkasa, bahkan allah jiga
bertanya siapa yang mengajarkan burung itu terbang mengembangkan sayapnya dan
siapakah yang menciptakan burung itu dengan bentuk tertentu sehingga mampu
terbang dan tidak jatuh ke bumi. Firman allah Qs almulk : 19 bahwa tentu tidak
mustahil bagi manusia untuk bisa terbang apabila di lengkapi dengan alat sebab
akal manusia yang akhirnya mampu menciptakan dan membut pesawat udara dan alat
lain yang dapat menerbangkan dirinya sendiri dan juga benda-benda berat di
ruang angkasa.
Hakikat
ilmu bukanlah sekedar pengetahuan atau kepandaian dan juga penerapan yang dapat dapat di pakai untuk memperoleh
sesuatui tetapi merupakan cahaya dan nur illahiyah yang dapat menerangi jiwa untuk berbuat dan
bertingkah laku yang baik sehingga menjadi masalah dan tidak ada perbedaan
antara ilmu umum dan ilmu agama karena selama semuanya menuju kepad iman dsan
taqwa kepada allah SWT.
2) Tanggung
jawab terhadap manusia
a. kewajiban
manusia menjaga alam dari kerusakan dan fasad.
Al
Qur’an memerintahkan kepada semua umat islam untuk memperhatikan semua dengan
seksama agar dapat mengakui bahwa penciptanya dapat membangkitkan manusia
kembali pada asal mulanya, dengan melalui perenungan terhadap fenomena nature,
diharapkan dapat menyadakan manusia akan kemahakuasaan sang penviptanya seperti
dalam Qs yasin : 78-79. Orang yang ingkar supaya memperhatikan tand-tand
kebesaran Allah yang bertebaran di langit dan dibumi agar dapat dimanfaatkan
sebesar-besarnya untuk kemakmuran bersama umat manusia bukan untuk dirusak.
b. kerusakan
alam sebab perbuatan manusia
fungsi
utama manusia :
·
hamba Allah adalah ketaatan, ketundukan
dan kepatuhan manusia kepada kebenaran dan keadilan Allah SWT
·
khalifah di bumi adalah manusia
mempunyai tanggung jawab untk menjaga keseimbangan alam dan lingkungan tempat
mereka bertempat tinggal.
KISAH CERITA AYAH SAYA SEMBUH BERKAT BANTUAN ABAH HJ MALIK IBRAHIM
BalasHapusAssalamualaikum saya atas nama Rini anak dari bapak Bambang saya ingin berbagi cerita masalah penyakit yang di derita ayah saya, ayah saya sudah 5 tahun menderita penyakit aneh yang tidak masuk akal, bahkan ayah saya tidak aktif kerja selama 5 tahun gara gara penyakit yang di deritanya, singkat cerita suatu hari waktu itu saya bermain di rmh temen saya dan kebetulan saya ada waktu itu di saat proses pengobatan ibu temen saya lewat HP , percaya nda percaya subahana lah di hari itu juga mama temen saya langsung berjalan yang dulu'nya cuma duduk di kursi rodah selama 3 tahun,singkat cerita semua orang yang waktu itu menyaksikan pengobatan bapak kyai hj Malik lewat ponsel, betul betul kaget karena mama temen saya langsung berjalan setelah di sampaikan kepada hj Malik untuk berjalan,subahanallah, dan saya juga memberanikan diri meminta no hp bapak kyai hj malik, dan sesampainya saya di rmh saya juga memberanikan diri untuk menghubungi kyai hj Malik dan menyampaikan penyakit yang di derita ayah saya, dan setelah saya melakukan apa yang di perintahkan sama BPK kyai hj Malik, 1 jam kemudian Alhamdulillah bapak saya juga langsung sembuh dari penyakitnya lewat doa bapak kyai hj Malik kepada Allah subahanallah wataala ,Alhamdulillah berkat bantuan bpk ustad kyai hj Malik sekarang ayah saya sudah sembuh dari penyakit yang di deritanya selama 5 tahun, bagi saudara/i yang mau di bantu penyembuhan masalah penyakit gaib non gaib anda bisa konsultasi langsung kepada bapak kyai hj Malik no hp WA beliau 0823-5240-6469 semoga lewat bantuan beliau anda bisa terbebas dari penyakit anda. Terima kasih