KREASI DAN SENI DI PONDOK PESANTREN HIDAYATUS SAALIKIN

Rebana merupakan salah satu dari Kegiatan Kesenian Di Hidayatus Saalikin
Filosofi di atas sejalan dengan konsep pemikiran Bapak Pendidikan, Ki Hajar Dewantara, yaitu ada 3 daya atau tridaya dalam diri manusia, yaitu cipta, rasa dan karsa.Cipta adalah akal, yaitu logika, kreativitas.Rasa adalah emosi tercermin pada rasa sayang, benci, cinta, gembira, cemburu, marah, bahagia.Karsa adalah motivasi, kehendak semangat, keinginan dan lain-lain.

Seni sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan manusia memang selalu berkembang diberbagai aspek yang melingkupinya, baik aspek-aspek di dalam seni itu sendiri maupun dalam pendidikan seni yang merupakan upaya sadar untuk mewariskan nilai-nilai dari generasi ke generasi.
Sekolah sebagai pusat transformasi nilai-nilai tentunya berperan besar dalam mengemban amanat pendidikan yang merupakan upaya utama dalam membentuk generasi yang akan datang, yang diharapkan akan menjadi generasi yang unggul dan membawa perubahan positif di segala bidang, termasuk seni. Seni adalah sebuah disiplin ilmu yang unik karena dapat menyentuh ranah kognitif, afektif sekaligus psikomotor dalam diri peserta didik, dan hal ini tidak dapat kita temui dalam disiplin ilmu-ilmu lain yang diajarkan. Cipta yang tinggi akan melahirkan pemikir-pemikir yang cerdas. Rasa akan membuat anak menjadi orang yang penuh empati dan mencintai manusia dan seisi alam. Karsa akan memunculkan semangat juang dan pantang menyerah.

Musik dapat dikatakan estetik jika unsur-unsur yang membangun seni itu sendiri terpenuhi, begitu pula dengan pendidikan musik yang segala sesuatunya bersumber dari output materi yang baik dan terarah. Permasalahan pelaksanaan pendidikan seni sebagai pendidikan estetis adalah justru terletak pada pandangan masyarakat banyak tentang pelajaran seni yang marginal. Sudah menjadi kebenaran yang klasik, sejak dulu sampai sekarang bahwa seni memang tidak memiliki alasan yang cukup baik untuk dijadikan salah satu disiplin ilmu pokok, selain dari kurangnya tenaga pengajar, minat, kepedulian pemerintah, dan lain-lain.

Paradigma publik yang berkembang lainnya adalah pemikiran yang menganggap bahwa seni bukan jaminan keberhasilan karir seseorang, sehingga para orang tua berlomba-lomba mendorong anak-anaknya untuk meraih prestasi dalam bidang “exact”. Mereka lupa, bahwa ilmu yang baik adalah ilmu yang bertolak dari minat si anak itu sendiri. Disinilah dituntut kesadaran orang tua dalam mencermati potensi yang anak miliki untuk kemudian dikembangkan.
Dalam Festival dan Lomba Seni Siswa Nasional (FLS2N) ini penuh muatan untuk membangun karakter siswa. Peserta didik telah diajak menggali seni budaya. Seni budaya yang mungkin sudah jarang kenal, bahkan mungkin hampir punah tergerus oleh budaya luar yang gencar berekspansi di kalangan peserta didik. Seni budaya yang tergali tidak hanya bersifat homogen, tetapi heterogen meliputi berbagai jenis seni yang tersebar di 33 provinsi.


Dengan demikian, secara tidak langsung peserta didik telah ikut melestarikan seni budaya yang ada. Cabang seni yang peserta tampilkan, membutuhkan kreativitas, karena ada tuntutan persyaratan lomba agar cabang seni yang ditampilkan dikreasi namun tidak lepas dari tradisi yang berakar pada budaya bangsa. Peserta juga harus mengenakan pakaian adat. Ini adalah ajakan untuk mengenal dan menghargai pakaian adat yang mungkin sebagian pakaian adat itu sudah tidak peserta kenal.
 Jadi kegiatan ini menyimpan pesan bagi peserta untuk mengenalkan dan memupuk rasa bangga serta mencintai pakaian adat sebagai kostum khas adat budaya suatu daerah. Suasana lomba yang meriah namun hikmat, juga merupakan bentuk pembinaan apresiasi terhadap seni budaya dari provinsi lain.
 Secara tekun peserta menyaksikan dan tepuk tangan gemuruh ketika pentas seni yang dibawakan provinsi lain, usai. Ini adalah bentuk penghargaan terhadap seni budaya dari provinsi lain. Mengenal seni budaya yang tersebar di Nusan- tara juga dapat diperoleh dalam waktu sekejab di FLS2N ini.
Tidak hanya itu. Mengenal tata cara bergaul antar suku, ras, antar agama ketika berada dalam satu permukiman selama mengikuti program lomba.
 Dalam FLS2N ini, sikap kompetitif terlihat tampak jelas, ditandai dengan upaya yang sungguh-sungguh dari masing-masing tim untuk mengemas sajiannya secara sempurna. Di sini diperoleh pembelajaran dengan cara menyimak sajian dari tim lain yang sedang pentas sebagai perbandingan dan motivasi. Ini adalah bentuk upaya kompetisi yang sehat.
Dengan demikian, seluruh aktivitas FLS2N pada dasarnya merupakan bentuk aktualisasi Kurikulum 2013, yang menekankan pembentukan soft skills, dan hard skills siswa, yang pada intinya membangun karakter siswa.
Pemerintah melalui Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan memberikan perhatian yang sungguh-sungguh kepada siswa-siswa yang memiliki potensi di bidang sains dan teknologi, olahraga dan seni budaya. Mereka memperoleh prioritas melanjutkan pendidikan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Prestasi tingkat kabupaten/ kota, akan difasilitasi oleh bupati/wali kota, prestasi tingkat provinsi akan di- fasilitasi oleh gubernur, dan di tingkat nasional difasilitasi Menteri Pendidikan dan Kebudayaan termasuk peraih medali di tingkat internasional. Para pejabat tersebut berkewajiban memfasilitasi siswa berprestasi ini masuk ke sekolah yang dikehendaki sepanjang masih di wilayahnya. Selamat kepada peraih prestasi dalam FLS2N ini, dan kembangkan terus bakat kalian secara optimal. Sedang- kan bagi yang belum berkesempatan meraih prestasi, teruslah bersemangat untuk meraih prestasi pada event dan kesempatan lain.

1 komentar:

PENERIMAAN SISWA BARU

Yayasan Pendidikan Dan Sosial Pondok Pesantren Menerima Pendaftaran Siswa Baru Mulai Pertengahan Mei 2016, Untuk Tahun Ajaran 2016-2017 Jenjang Pendidikan : SMP Berbasis Pesantren Hidayatus Saalikin, Madrasah Aliyah Juga Umum ( SMK-SMA) Dengan ketentuan mentaati dan patuh pada tata tertib Pondok Pesantren...... BACA SELENGKAPNYA